Rombongan Tim Penilai dari DLH Provinsi Jawa Timur dan Tim Pendamping dari DLH Kabupaten lumajang melakukan verifikasi selama satu hari kerja Kecamatan Gucialit, Lumajang, Selasa (17/4).Verifikasi penilaian dilakukan di dua desa yakni Desa Gucialit dan Desa Wonokerto.
Rombongan Tim Penilai dari BLH Provinsi Jawa Timur dan Tim Pendamping dari DLH bertolak dari kantor Dinas Lingkungan Hidup sekitar pukul 07.30 WIB.
Tim penilai DLH Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari Bapak Deddi Tri Nur dan Bapak Abdul Majid tampak di dampingi oleh Kepala Bidang Pengendalian Lingkungan Hidup dan Peran Serta Masyarakat beserta staf.
Setelah menempuh perjalanan darat beberapa menit, Rombongan Tim Penilai dan tim pendamping tiba di Desa Gucialit Kecamatan Gucialit dan disambut hangat oleh bapak kepala desa (Suwono) dan bapak Camat dan warga sekitar.
“Berseri ada dua kata kunci yaitu bersih dan lestari kita ambil contoh bersih dalam mewujudkan bersih ada istilah 3R yakni reuse, reduce dan recycle) mengambil dari lembaga dunia minimal kita harus reuse yakni memakai kembali barang yang masih bisa digunakan contoh dahulu jika ke pasar ibu-ibu membawa tas belanja dan semua barang belanjaannya dimasukkan ke dalam tas belanja namun sekarang ibu-ibu pergi ke pasar hanya membawa dompet dan barang belanjannya dibungkus dengan kantong plastik, nah sampah plastik ini telah menjadi masalah baru karena biasanya kantong plastik selesai dipergunakan langsung dibuang dan itu pasti manimbulkan sampah. Nah kita bisa mulai dengan mengurangi bahan/barang yang sekali pakai dengan yang bisa kita pergunakan berulang kali,” ujar Bapak Deddi Tri Nur dalam sambutanya di balai desa Gucialit.
Dalam kunjungannya Tim penilai ke desa Gucialit antara lain mengunjungi di tiga dusun yakni dusun Sidorukun, Sidomulyo, Sidomakmur yang ada di desa gucialit.
Penilaian pun berlanjut ke desa Wonokerto untuk melakukan verifikasi penilaian. Setibanya di sana tim Verivikasi pun di sambut oleh ibu Kepala Desa beserta staff dan warga sekitar.
Karena di desa Wonokerto dahulu kesulitan air bersih maka Desa Wonokerto lebih mengarah ke desa lesteri tetapi tak luput juga ke desa berseri. Hal ini di buktikan dengan adanya kegiatan bank sampah dan pelestarian sumber mata air dengan kegiatan rorak sebagai resapan air hujan dan adanya lubang untuk pupuk kompos.
Dahulu desa Wonokerto kesuliatan air tetapi setelah ada program desa yakni penanaman pohon trembesi di sepanjang jalan Desa dan adanya pembuatan Rorak di setiap rumah (minimal 1 rorak) dan di perkuat lagi dengan peraturan desa (PERDES) yang mengatur tentang pelestarian sumber air dan pengelolaan sampah maka di wajibkan setiap rumah memiliki minimal satu rorak dan lubang untuk kompos dan laranagn menebang pohon di sepanjang jalan desa.Dengan program dan perdes itu sekarang alhammdullilah desa Wonokerto tidak kesulitan air dan masalah sampahpun bisa di minimalisir. Dan nilai perekonomian wara pun biasa meningkat yakni dengan adaya kegiatan bank sampah dan pengelolaan sampah yang bisa di daur ulang yang di jadikan souvenir dan kerajinan lain contoh Tas Dompet dan lain-lain (ujar Carik desa Wonokerto)
Di Desa Wonokerto tim verifikasi melakukan penilaiaan di beberapa titik dan di berberapa sumber air seperti embung desa.(AM)