Dlh. Lumajang - Air dari sumber mata air Selokambang memancar deras. Mengalir ke sungai sungai yang mencukupi kebutuhan air lahan-lahan sawah di desa Purwosono, Petahunan, Banjarwaru, Klanting dan kawasan kota.
Keberlimpahan air yang mengalir melalui sungai (kali) harus kita jaga. Juga menjaga agar sungai itu bebas limbah. Kondisi sungai yang tercemar tidak akan menghasilkan kualitas air yang sehat dan bersih. Itu tugas dan tanggung jawab besar kita.
Kali Bayeman, sungai ini dijaga pemuda Karang Taruna Bayeman kelurahan Citrodiwangsan. Semangat kepedulian anak anak muda ini seperti virus yang terus menular di masyarakat Bayeman. Mereka ingin Kali Bayeman bersih, bebas sampah, bebas bau. Apalagi Kali Bayeman berada di sepanjang jalan besar.
Keluhan Kali Bayeman tersumbat sampah selalu kita respon dengan Kerja Bakti bersama warga. Penyebabnya, masih ada masyarakat yang suka membuang sampah di sungai. Apa setelah dibersihkan masalahnya selesai? Hanya hitungan jam, sampah ada lagi, menumpuk di jaring yang dipasang pemuda Karang Taruna.
Penyadaran masyarakat melalui koordinasi melalui aparat desa Purwosono, Petahunan, Banjarwaru, Klanting terus kami lakukan. Penyadaran memang bukan sesuatu yang instan. Perlu dukungan dan kebersamaan. Tidak angin anginan. Perda 10/2016 tentang Pengelolaan Sampah, menjadi pedoman Pemerintah desa menjaga lingkungan desanya, menerapkan sanksi dan mengelola sampah dengan baik.
Menjaga sungai, butuh rasa peduli dan rasa malu. Peduli karena sayang sungai dan risih lingkungannya kotor. Malu karena lingkungan yang kotor dan bau menunjukkan kebiasaan jorok, "kemproh, kopros".
Budaya cinta sungai dari kelompok anak anak muda Karang Taruna Bayeman harus tumbuh bersama dengan pemuda, komunitas dan kelompok masyarakat desa sekitarnya. Niat mulia, karena Sungai harus tetap berfungsi alami, menjadi warisan jangka panjang generasi berikutnya.(Dlh_News)